Now for Future
Now for Future

Kejanggalan Kamus Besar Bahasa Indonesia


Begitu banyak kejanggalan yang di temukan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tentang Proses Morfofonemik terhadap kata yang diawali fonem{p}dan dibubuhi afiks{mem}sehingga huruf(p) melebur atau luluh. Sebenarnya dalam kaidah Bahasa Indonesia memang KTSP akan melebur jika dibubuhi awalan {me/mem/men} namun di KBBI masih di temukan beberapa kata yang yang janggal. Mari kita simak beberapa kata tersebut di bawah ini.

memperhatikan atau memerhatikan?

Pembentukannya dari kata dasar {hati} yang diimbuhkan dengan gabungan afiks {memper-kan} → awalan {meM-} + awalan {per-} + akhiran {-kan}.

Awalan {per-} tidak berubah wujud bila diimbuhkan pada kata apa pun, kecuali pada kata dasar {ajar} dan kata yang dimulai dengan konsonan /r/. Fonem pertama kata dasar yang dibubuhi juga tidak melumer dan tidak melesap.

Jadi, dari {per-} + {hati} didapatlah {perhati}. Kemudian kata tak bermakna {perhati} ditambahkan dengan sufiks {-kan}, menjadi {perhatikan}, dan akhirnya diparipurnakan dengan prefiks {meM-}, menjadi memperhatikan.

Dengan begitu, kata berimbuhan yang benar sesuai pustaka KBBI Edisi Keempat adalah memperhatikan, bukan memerhatikan.

Tapi, kenapa KBBI Edisi Ketiga membakukan memerhatikan? Karena penyusun buku itu membentuknya dari kata {perhati} yang diberi gabungan afiks {me-kan} → awalan {meM-} + akhiran {-kan}. Aku sendiri masih tercengang bengang melihat lema {perhati} dalam KBBI.

Mungkin sekarang terlintas dalam benakmu: bukankah memang ada bentuk dasar {perhati}? Karena, kata itulah yang diberi akhiran {-an} untuk membentuk {perhatian}, bukan?

Jelas bukan. Kata perhatian terbentuk dari kata dasar {hati} yang diimbuhkan dengan gabungan afiks {per-an}. Sekasus dengan kata berimbuhan perguruan, permainan, pertelevisian, perpustakaan, danpercintaan.


mempesona atau memesona?


Kata dasarnya {pesona}, lalu diberi awalan {meM-}. Dalam morfologi, variasi prefiks {me-} antara lain adalah {mem-}, {men-}, dan {meng-}.

Engkau mungkin masih mengingat pelajaran bahasa Indonesia di bangku sekolah: bila awalan {me-} dibubuhkan pada kata-kata dasar yang berfonem pertama /k/, /p/, /s/, atau /t/, maka huruf pertama kata itu akan melumer menjadi bunyi nasal /ng/, /m/, /ny/, dan /n/, terkecuali fonem kedua kata itu berupa konsonan (seperti produksi →memproduksi; kritik → mengkritik).

Alhasil, seperti tersurat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bentukan yang benar dari {meM-} + {pesona} adalah memesona, bukan mempesona. Fonem pertama /p/ pada {pesona} melumer menjadi /


mempercayai atau memercayai?


Penulisan kata yang benar menurut KBBI adalah memercayai, bukanmempercayai. Prosesnya mirip dengan memesona dan memerkosa.

Kata dasar {percaya} diberi gabungan afiks {me-i}, yakni awalan {meM-} dan akhiran {-i}. Dalam kasus kata percaya, prefiks {me-} menjadi {meM-} → /M/ didapat dari pelumeran /p/ pada {percaya}. Jadiannya, memercaya, kemudian ditambahkan dengan akhiran {-i}, dan akan menghasilkan bentuk memercayai.


mempunyai atau memunyai?


Kata berimbuhan yang benar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesiaadalah mempunyai. Namun, aku sendiri tidak atau belum bisa menerimanya, karena kata turunan mempunyai tidak sesuai dengan kaidah pengimbuhan dalam morfologi bahasa Indonesia.

Menurutku, pembentukannya sebangun dengan memercayai. Kata dasar {punya} diberi gabungan imbuhan {me-i} → awalan {meM-} + akhiran {-i}. Maka, sesuai kaidah pelesapan, fonem pertama /p/ pada {punya} mesti lenyap, dan hasilnya adalah memunyai.

Jikalau kau tidak percaya, asas pelesapan pada kata-kata dasar berfonem pertama /p/ yang dikenakan imbuhan {me-}, {me-i}, dan {me-kan} itu bisa engkau ujikan pada kata selain {punya} dan {percaya}, dan hasilnya akan tetap sama. Contohnya, paksa →memaksa (bukan mempaksa); pukul → memukul, memukuli (bukanmempukul, mempukuli); pulang → memulangkan (bukanmempulangkan); pakai → memakai (bukan mempakai); pasang →memasang (bukan mempasang).


mempunyai dari empunya?


Mungkin ada saja orang yang mengotot berpendapat bahwamempunyai-lah yang benar karena dibentuk dari kata dasar empunya. Taruh katalah itu benar, lalu pembentukannya bagaimana? Memakai awalan {me-} plus akhiran {-i} jugakah? Baik, mari kita uji.

Prefiks {me-}, menurut kaidah pengimbuhan, akan menjadi {meng-} jika diimbuhkan pada kata-kata yang berfonem pertama vokal. Misal: mengekor, mengeja, mengasah, mengotot, mengurus, dan mengintip. Sekarang terapkanlah imbuhan {meng-} pada kata {empunya}, lalu tambahkan dengan akhiran {-i}. Mengempunyai? Nah, lo!

Maka, tidak benar bahwa mempunyai terbentuk dari kata {empunya}, melainkan dari kata dasar {punya}. Dengan demikian, penulisan yang baku adalah memunyai, bukan mempunyai.

Kalau misalnya ada orang berpendapat bahwa meMunyai terasa ganjil untuk diucapkan, lantas kenapa tidak berprinsip sama untuk katameMaksa dan meMukuli? Mengapa tidak memakai kata mempaksadan mempukuli saja kalau memang bunyi [M] (hasil pelumeran dari /p/) pada awalan {meM-} terdengar aneh? Ayo, mau cari alasan apa lagi untuk mengatakan memunyai tidak baku?


memperkarakan atau memerkarakan?


Penulisan kata berimbuhan yang benar menurut KBBI adalahmemperkarakan. Sama halnya dengan perkara mempunyai, aku juga tidak sependapat dengan bentukan ini. Kata yang baku, menurutku, adalah memerkarakan.

Afiks yang dikenakan pada kata dasar {perkara} adalah gabungan imbuhan {me-kan}, yaitu awalan {meM-} dan akhiran {-kan}, bukan gabungan imbuhan {memper-kan}.

Prosesnya. Fonem pertama /p/ pada kata {perkara}, sesuai kaidah pengimbuhan, akan melesap. Bila kata dasar berawalan konsonan /p/ dipasangkan dengan prefiks {me-}, muncullah variasi prefiks {meM-}. Maka, dari {memerkara} + akhiran {-kan} terbentuk memerkarakan.

Karena perkara bersuku kata tiga?

Aku pernah baca entah di mana, KBBI membakukan memperkarakankarena kata dasarnya, {per·ka·ra}, terdiri dari tiga suku kata. Konon bila awalan {me-} diimbuhkan pada kata semacam itu, fonem pertama kata dasarnya, seperti /p/ pada {perkara}, akan tetap alias tidak melesap.

Baik. Tapi, mengapa KBBI melesapkan /p/ pada bentukan memerkosadan memercayai? Bukankah kata dasarnya juga terdiri dari tiga suku kata (per·ko·sa dan per·ca·ya)?


memengaruhi, bukan mempengaruhi


Kalau kau masih belum percaya, ujikanlah {me-kan} pada kata dasar lain yang dimulai dengan konsonan /p/. Lihatlah, misalnya, kenapa KBBI membakukan kata turunan memensiunkan? Kata dasarnya, {pen·si·un}, terdiri dari tiga suku kata pula, kan? Begitu juga pada lema kata dasar {pe·nga·ruh}, KBBI mencantumkan bentukan bakumemengaruhi, bukan mempengaruhi.

Aku masih penasaran mengapa KBBI tidak memakai memerkarakansebagai bentukan yang taat asas pengimbuhan. Adakah yang bisa memberikan jawaban yang masuk akal secara gramatikal dan berdasarkan ilmu linguistik?

Kalau begitu, kata mana yang harus kita pakai? Mempesona ataukahmemesona; memperhatikan atau memerhatikan; mempercayai atau memercayai; memperkarakan ataumemerkarakan; mempunyai ataukah memunyai?

0 Response to "Kejanggalan Kamus Besar Bahasa Indonesia"

Post a Comment

Bila ada yang kurang atau menjanggal tentang isi Artikel saya, silahkan berkomentar di bawah ini dengan syarat sebagai berikut:
1. Sopan
2. Tidak mengandung unsur SARA
3. Tidak mengandung unsur Pornografi
4. Tidak mengandung unsur Spamming

Bila ada komentar saudara yang tidak sesuai dengan aturan maka komentar akan segera di hapus ;)